Selasa, 07 Februari 2012

Tata Bahasa


Dasar-Dasar Tata Bahasa-Bahasa Indonesia

3. Menyusun Kalimat
Kalimat yang sempurna dibentuk oleh tiga bagian: pokok kalimat (subjek/subject), sebutan (predikat/predicate), pelengkap/pelengkap penderita (objek/object).
Pokok kalimat harus berupa kata ganti atau kata benda atau yang dibendakan. Sebutan harus berupa kata kerja.
Pelengkap bisa berupa kata benda atau yang dibendakan, kata ganti sesudah kata depan, keterangan waktu, keterangan tempat atau lainnya.

Kalimat aktifKalimat aktif adalah kalimat dimana pokok kalimat melakukan kerja yang dinyatakan oleh kata sebutan yang berupa kata kerja dengan awalan me atau ber. Beberapa contoh:
- Ia merangkai bunga.
Ia = pokok kalimat (kata ganti), merangkai = sebutan (kata kerja transitif), bunga = pelengkap penderita (kata benda). Oleh karena sebutan merupakan kata kerja transitif, maka harus diikuti kata benda bunga.
- Kuda itu berlari kencang.
Kuda = pokok kalimat, berlari = sebutan (kata kerja intransitif), kencang = pelengkap (kata keterangan/sifat). Oleh karena sebutan merupakan kata kerja intransitif, maka tidak harus diikuti oleh kata benda, dalam kalimat ini oleh kata keterangan/sifat.
- Saya memberi si Polan uang.
Saya= pokok kalimat, memberi = sebutan, uang = pelengkap penderita (object), si Polan = pelengkap penderita tak langsung (indirect object).
- Saya memberi uang pada si Polan.
Dalam kalimat ini, uang = pelengkap penderita (object), si Polan = pelengkap (karena sesudah kata depan, dalam bahasa Inggeris dinamakan prepositional object).
- Saya menerima uang dari si Polan.
Saya = pokok kalimat, menerima = sebutan, uang = pelengkap penderita (object), si Polan = pelengkap (karena sesudah kata depan, dalam bahasa Inggeris dinamakan prepositional object).
- Ia terjatuh ke dalam jurang.
Ia = pokok kalimat, terjatuh = sebutan (kata kerja intransitif), ke dalam jurang = pelengkap. Disini walaupun pokok kalimat tidak sengaja, tapi ia melakukan kerja jatuh.
Berikut beberapa kata kerja yang apabila dipakai sebagai sebutan yang diberi awalan ter, kalimat yang terbentuk adalah kalimat aktif
termakan - terjatuh - termenung - tercengang - terhenti - tersenyum - tertawa – dllsb.

Dibawah ini diberikan contoh-contoh kalimat aktif yang menyalahi tatabahasa dan terasa janggal, namun sering dipakai media tulisan atau berita televisi. (Catatan: Contoh-contoh kalimat sejenis pernah dicontohkan pula dalam pasal yang membahas jenis kata dan pasal yang membahas awalan dan akhiran. Disini contoh dipakai dalam hal membentuk kalimat, jadi bukan dimaksud sebagai duplikasi dari penjelasan).
.
- Para perusuh melempari batu kepada petugas keamanan (?) “melempari batu” berarti melemparkan sesuatu kepada batu, padahal maksudnya melemparkan batu lebih dari sekali kepada petugas keamanan.
Harusnya: Para perusuh melempari petugas keamanan dengan batu. Disini petugas keamanan adalah pelengkap penderita, sedangkan dengan batu adalah keterangan, bukan pelengkap penderita.
Kalimat semula/yang salah tak bisa diterjemahkan kedalam bahasa Inggeris akibat salah tata bahasa; kalimat yang telah dibetulkan dapat diterjemahkan: The rioters threw the security officials by stones.
.
- Mayat korban kecelakaan pesawat udara itu berhasil dievakuasi (?)
“berhasil” adalah kata sifat yang menerangkan kata kerja evakuasi. Namun kata berhasil tidak boleh dipakai dalam kalimat pasif, tetapi selalu dalam kalimat aktif. Dari arti katanya pun, berhasil adalah kata keterangan untuk kata kerja evakuasi (dalam bahasa Inggeris successfully), bukan kata keadaan yang menerangkan kata benda mayat (bukan successful), bukan kata benda (success), dan dalam kalimat itu tidak pula dipakai sebagai kata kerja (succeed).
Kalimat yang betul: Para penolong berhasil mengevakuasi mayat korban kecelakaan pesawat udara itu. Bila diterjemahkan kedalam bahasa Inggeris: “The rescuers successfully evacuated the corps of the aircraft crash victims”.
Sangat tidak cocok terjemahannya menjadi kalimat: “The corps of the aircraft crash victims were successfully evacuated”(?).
.
- Para korban akhirnya gagal diselamatkan
- Walau sepuluh mobil pemadam kebakaran dikerahkan, kobaran api gagal dipadamkan.
Pada dua kalimat terakhir, kata gagal tidak dipakai sebagai sebutan/kata kerja, tetapi sebagai kata sifat yang menerangkan sebutan. Sama seperti kata berhasil, kata gagal harus pada kalimat aktif dimana pokok kalimat melakukan kerja, jadi gagal harus diikuti kata kerja berawalan me. Jadi kalimat yang betul adalah:
"(Petugas/Penolong) gagal menyelamatkan para korban".
"Walau….., regu pemadam gagal memadamkan kobaran api".
.
- Dalam pertemuan itu kedua kepala Negara membahas mengenai kerjasama pertahanan(?) “membahas” adalah sebutan/predikat yang berupa kata kerja transitif, jadi harus langsung diikuti kata benda (pelengkap penderita/object) tanpa selipan kata kerja lainnya (mengenai). Dalam suatu kalimat hanya ada satu sebutan/predikat!
Kalimat yang betul: "Dalam pertemuan itu kedua kepala Negara membahas kerjasama pertahanan".
Tanpa kesulitan dapat diterjemahkan kedalam bahasa Inggeris: "In the meeting, both Government Heads discussed the defence cooperation".
.
- Pelaku menyiram bensin ke tubuh korban. (Dari berita TV).
Dalam kalimat ini terjadi kesalahan. “menyiram” = sebutan dengan kk transitif, jadi harus langsung diikuti pelengkap penderita. Kalau “bensin” dianggap sebagai pelengkap penderita (object) maka sebutannya harus “menyiramkan” dan kalimat yang betul:
“Pelaku menyiramkan bensin ke tubuh korban”, dimana “tubuh korban” adalah “prepositional object” seperti penjelasan diatas. Namun kalau “tubuh korban” yang dianggap sebagai pelengkap penderita (object) harus langsung sesudah kk transitif, sehingga kalimat yang betul:
“Pelaku menyiram tubuh korban dengan bensin”. Disini bensin adalah “prepositional object” seperti penjelasan diatas.

Kalimat pasif
Kalimat pasif adalah kalimat dimana pokok kalimat dikenai oleh kata kerja sebutan. Kata kerjanya umumnya diberi awalan di atau ter. Bila berawalan di seringkali sebutan diikuti kata depan oleh yang kadang-kadang dapat dihilangkan. Bila berawalan ter, suatu kalimat bisa merupakan kalimat aktif dengan kata kerja intransitif. Beberapa contoh:
.
- Anjing itu dipukul (oleh) si Polan.
Anjing = pokok kalimat, dipukul = sebutan, si Polan = pelengkap
.
- Air itu diminum beramai-ramai.
Air = pokok kalimat, diminum = sebutan, beramai-ramai = pelengkap
Seperti telah dijelaskan sebelumnya, apabila sebutan memakai kata kerja yang berawalan ter, kalimat itu bisa kalimat aktif namun bisa juga kalimat pasif. Pada kalimat pasif itu kata kerjanya selalu diikuti kata depan oleh. Hal itu tergantung dari arti kata kerjanya.
Contoh berikut adalah kalimat pasif (pokok kalimat tidak melakukan kerja, tapi dikenai oleh kata kerjanya) dengan sebutan memakai kata kerja berawalan ter.
.
- Pencuri itu tertangkap oleh polisi.
Pencuri itu = pokok kalimat, tertangkap = sebutan, oleh polisi = pelengkap. Disini pokok kalimat “pencuri itu” tidak melakukan kerja tangkap.
Bedakan dengan kalimat pada contoh kalimat aktif diatas: Ia terjatuh kedalam jurang (pokok kalimat melakukan kerja).
.
- Mereka terperangkap di dalam kobaran api.
.
- Juara itu terpukul jatuh oleh lawannya. Disini “jatuh” bukan kata kerja, tapi kata sifat.
.
Berikut beberapa kata kerja yang apabila dipakai sebagai sebutan yang diberi awalan ter, kalimat yang terbentuk adalah kalimat pasif.
terpukul - terjerat - tertimpa - terhimpit - tertiup - tertusuk - terpukau - tertangkap - dllsb.
Beberapa kata sifat yang mendahului sebutan tidak boleh dipakai untuk kalimat pasif oleh karena kata sifat itu menunjukkan sifat aktif, jadi kata kerjanya harus berawalan me artinya harus kalimat aktif. Kata sifat dimaksud diantaranya:
.
- berhasil: Polisi berhasil menangkap pencuri (betul). Pencuri berhasil ditangkap polisi (salah). Berhasil berasal dari kata benda hasil yang diberi awalan ber menjadi kata sifat.
.
- gagal: Polisi gagal menangkap penjahat (betul). Penjahat gagal ditangkap polisi (salah).
.
- lupa: Siswa itu lupa membawa pensil (betul). Pensil lupa dibawa oleh siswa itu (salah).
.
- ingat: Siswa itu ingat membawa pensil (betul). Pensil ingat dibawa siswa itu (salah).
.
- pintar: Pelajar itu pintar membaca buku (betul). Buku itu pintar dibaca pelajar (salah).
.
-cermat: Akuntan itu cermat membuat pembukuan (betul). Pembukuan itu cermat dibuat akuntan (salah).
.
- cerdik: Monyet cerdik memilih buah yang manis (betul). Buah yang manis cerdik dipilih oleh monyet (salah).
.
- batal: Si Abah batal membeli sepeda (betul). Sepeda batal dibeli si Abah (salah).
.
- senang: Si Amin senang mengisi waktunya dengan membaca (betul). Waktunya senang diisi si Amin dengan membaca (salah). Dalam kasus dimana pelengkap penderita adalah kata ganti orang atau nama, kata senang boleh membentuk kalimat pasif: Pak Badu senang mengajar si Polan (aktif/betul). Si Polan senang diajar Pak Badu (pasif/betul).
.
Banyak lagi kata sifat yang seperti contoh diatas.
Lain halnya bila kata sifat itu ditulis sesudah pelaku sebutan (pelengkap), kalimat pasif dalam beberapa keadaan boleh dibentuk. Biasanya kata sifat itu diberi tambahan kata depan dengan.
Beberapa dari kata sifat diatas berikut ini membentuk kalimat pasif:
- Pembukuan itu dibuat akuntan dengan cermat (betul).
- Buah yang manis dipilih monyet itu dengan cerdik (betul).

Kalimat Tak Lengkap
Seperti dijelaskan sebelumnya, suatu kalimat lengkap terdiri dari pokok kalimat (subjek), sebutan (predikat) dan pelengkap (penderita atau keterangan).
Apabila salah satu dari unsur itu tidak ada, kalimat tetap dapat dibuat dan dimengerti. Kalimat seperti itu disebut kalimat tak lengkap.
Kalimat tak lengkap bisa hanya terdiri dari pokok kalimat dan sebutan saja, atau hanya ada sebutan saja, atau hanya ada pokok kalimat saja, atau hanya ada pelengkap saja, bahkan hanya ada satu kata seru saja. Contoh:
- Ia menendang. Si Polan mengejar. Ia tak bekerja. (Hanya ada pokok kalimat dan sebutan). Kalimat-kalimat seperti ini sering dibuat menghindari dua kalimat bersambung (kalimat majemuk), atau berupa kalimat perintah dengan tanda seru.
- Kerjakan! Diteruskan? Temukan! (Hanya ada sebutan). Kalimat-kalimat seperti ini umumnya berupa kalimat perintah atau kalimat tanya dengan diberi tanda seru atau tanya.
- Durian? Siapa? Kamu! (Hanya ada pokok kalimat). Kalimat-kalimat seperti ini umumnya berupa kalimat perintah atau kalimat tanya dengan diberi tanda seru atau tanya.
- Aduh! Halo! Ah! Ya? (Hanya ada kata seru). Kalimat-kalimat seperti ini umumnya berupa kalimat perintah atau kalimat tanya dengan diberi tanda seru atau tanya.

Kalimat majemukKalimat majemuk atau sering juga disebut kalimat sambung, biasanya terdiri dari dua atau lebih kalimat yang disambung dengan suatu kata sambung: dan, dengan, bila, bahwa, kalau, walaupun, apabila, andai, umpama, sambil, dan sebagainya. Dalam kalimat majemuk, sering pokok kalimat hanya disebut satu kali pada salah satu kalimat atau sebutan hanya disebut satu kali pada salah satu kalimat.
.
Kalimat ke satu: Ia memanjat pohon. Kalimat ke dua: Ia terjatuh dari pohon.
Kalimat majemuk menjadi: Ia memanjat pohon dan terjatuh.
.
Kalimat ke satu: Si Polan membawa kunci. Kalimat ke dua: Si Anu membawa dongkrak.
Kalimat majemuk menjadi: Si Polan membawa kunci dan si Anu (membawa) dongkrak.
.
Kalimat ke satu: Ia diberi pertanyaan bertubi-tubi. Kalimat ke dua: Ia tetap membisu.Kalimat majemuk menjadi: Walaupun diberi pertanyaan bertubi-tubi, ia tetap membisu.
.
Kalimat ke satu: Ia sedang berjalan kaki. Kalimat ke dua: Ia sedang menghitung hari.
Kalimat majemuk menjadi: Sambil berjalan kaki ia menghitung hari.
.
Kalimat ke satu: Ia berjalan tertatih-tatih. Kalimat ke dua: Ia merintih kesakitan.
Kalimat majemuk menjadi: Ia berjalan tertatih-tatih dan merintih kesakitan.

Kalimat Tanya
Suatu kalimat disebut kalimat tanya apabila maksud kalimat adalah bertanya tentang sesuatu. Suatu kalimat tanya biasanya didahului kata tanya: apa, siapa, berapa, kenapa, bagaimana, dimana. Berikut contoh kalimat tanya seperti dimaksud:
- Apa yang terjadi disini?
- Siapa yang bertugas hari ini?
- Bagaimana cara memasang pelana kuda?

Kalimat tanya bisa saja tidak didahului kata tanya, apabila kalimat itu merupakan kalimat menidakkan atau didahului kata sifat yang berakhiran “kah”, seperti contoh berikut:
- Kamu sudah makan siang, bukan?
- Sanggupkah kamu mendaki bukit itu tanpa alas kaki?
- Mungkinkah burung terbang tanpa sayap?
.Ada kalimat tanya yang didahului pernyataan tidak (negatif) dan diikuti pertanyaan yang menyatakan sebaliknya:
- Kamu belum makan, atau sudah?
- Si Polan takkan mungkin pergi sendirian kesana, apa mungkin?

Kalimat seperti itu sangat jarang dipakai dalam bahasa Indonesia, kecuali dari teks terjemahan, karena dalam bahasa Inggeris kalimat seperti itu sangat lazim:
- You have’nt got dinner, have you?
- Polan would not go there alone, would he?
- I did not give you the list last week, did I?
.
Bisa juga kalimat tanya didahului pernyataan ya (positif) dan diikuti pertanyaan yang menyatakan negatif:
- Kamu memecahkan gelas itu, apa tidak?
- Kucing itu binatang buas, bukan?
Juga kalimat seperti itu jarang dipakai , namun dalam bahasa Inggeris sangat biasa:
- You broke the glass, did’nt you?
- The cats are wild animals, are’nt they?


Ungkapan “ baik…maupun” Ungkapan ini dipakai apabila dua atau lebih kata ganti dipakai sebagai pokok kalimat sama-sama memiliki sebutan yang sama dan saling menggantikan:
- Baik saya maupun si Polan sudah berumur lebih dari 50 tahun. (Kalimat positif).
- Baik si Anu maupun si Polan tidak senang berburu. (Kalimat negatif)
Apabila diterjemahkan kedalam bahasa Inggeris, “baik…maupun” diterjemahkan dalam dua pengertian.
Untuk kalimat positif dipakai “either…or”, sedang untuk kalimat negatif dipakai “neither…nor” (singkatan not either not or):
- Either me or Polan are more than 50 years old.
- Neither Anu nor Polan likes hunting.

Dalam pemakaian sehari-hari di media cetak, sering ada kalimat dengan ungkapan “baik…dan” apabila dua kata ganti sebagai pokok kalimat dan “baik…,…, maupun” untuk tiga kata ganti. Jelas ini menyalahi tata bahasa dan menjadi tidak ada kesetaraan dengan ungkapan bahasa Inggeris diatas, jadi tak bisa diterjemahkan timbal-balik.
Sesungguhnya ungkapan “baik…maupun” harus dipakai baik untuk dua kata ganti ataupun tiga kata ganti yang bersama-sama menjadi pokok kalimat, misal: Baik saya, si Anu maupun si Polan …dst.
Hal yang sama berlaku untuk bahasa Inggeris, ungkapan “either…or” dan “neither…nor” tetap dipakai untuk dua maupun tiga kata ganti misal: Either me, you or him ….etc. Juga: Neither me, you nor him…etc.

Ungkapan “sama-sama …” atau “berdua sama-sama…”Ungkapan “sama-sama…” atau “keduanya sama-sama…” dipakai apabila dua (hanya dua) kata ganti dipakai sebagai pokok kalimat memiliki sebutan yang sama.
Berbeda dengan ungkapan “baik…maupun”, pokok kalimat disini digabung menjadi kesatuan.(tidak dapat saling menggantikan):
- Saya dan dia sama-sama berjualan buku.
- Si Poland dan si Badu berdua sama-sama tinggal di Petojo
.
.
Dalam terjemahan bahasa Inggeris, ungkapannya adalah “both…and”:
Kalimat pertama: Both I and him engage in book’s trading.
Kalimat berikutnya: Both Polan and Badu lived in Petojo.
Mungkin pengaruh ungkapan “both…and” yang sering di bahasa Indonesiakan menjadi ungkapan “baik…dan”, padahal pemakaiannya berbeda. Pada ungkapan “baik…maupun” pokok kalimat terpisah, sedang pada sama-sama pokok kalimat menyatu, jadi ungkapan “baik…dan” adalah kerancuan berfikir dari pemakainya:
"Baik saya dan si Badu sama-sama berjualan buku" , kalimat ini salah, seharusnya:
"Baik saya maupun si Badu sama-sama berjualan buku".

Kalimat pengandaianKalimat pengandaian adalah kalimat majemuk dimana suatu sebutan (predikat) dari salah satu kalimat berlaku apabila syarat dari kalimat lainnya terpenuhi.
Untuk itu selalu dipakai kata sambung pengandaian “supposing conjunction” seperti: kalau, apabila, jika, seandainya, andaikan, bila- Saya akan berangkat ke sekolah bila ibu sudah pulang. Maksudnya saya tidak berangkat kalau ibu belum pulang.
- Kalau besok hari hujan, kami tidak jadi bertanding bola kaki. Syarat bertanding bola kaki besok adalah hari tidak hujan.
- Jika banjir besar melanda wilayah itu, bencana dapat terjadi. Syarat banjir besar dipenuhi, baru dapat terjadi bencana.
.
Catatan Khusus:
Selalu dan sangat sering terjadi kesalahan pemakaian kata sambung “kalau” seakan-akan bukan kata sambung pengandaian. Perhatikan kalimat:
- Saya tidak tahu kalau kamu sudah pulang(?) Terlihat pemakaian kata kalau yang keliru. Seharusnya: “Saya tidak tahu bahwa kamu sudah pulang”.
Kesalahan pemakaian ini terjadi karena kosakata kalau dalam bahasa daerah tertentu sama dengan bahwa. Karena pemakai bahasa daerah tersebut dominan, perubahan pemakaian kata kalau menjadi tak terbendung. Bahkan pejabat-pejabat Negara sering melakukan kesalahan ini baik secara lisan maupun tertulis. Penulis ragu apakah arti kata kalau bisa dikembalikan seperti semula yaitu sebagai kata sambung pengandaian.
Arti kalau bisa disetarakan dengan “if” dalam bahasa Inggeris dan sama sekali berbeda dengan arti bahwa yang dapat disetarakan dengan “that” dalam bahasa Inggeris.
Jelas apabila ada perjanjian antar Negara, para pelaksana akan sulit memahami kalimat-kalimat yang berisi kosakata yang rancu seperti itu, apabila pejabat yang terlibat tak bisa membedakan antara kata “if” dan “that”.